Beranda | Artikel
Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar
Selasa, 2 Juli 2024

DAFTAR ISI.

Kata Pengantar Penerbit.

  1. Siapakah yang tidak wajib mempelajari Aqidah, khususnya Qadar karena dikhawatirkan salah?
  2. Apakah perbedaan antara Qadha’ dan Qadar.
  3. Adakah kekhususan tentang Qadha’ dan Qadar?
  4. Adakah tingkat keimanan kepada Qadha’ dan Qadar?
  5. Segala sesuatu telah ditentukan dan manusia diberi pilihan.
  6. Apakah manusia diberi kebebasan memilih?
  7. Hukum ridha’ terhadap Qadar.
  8. Apakah Do’a bisa merubah ketentuan?
  9. Bagaimana Allah menyiksa manusia sedang itu sudah ditentukan Allah?
  10. Apakah rezeki dan jodoh telah ditulis di Lauh Mahfudz?
  11. Jika perbuatan orang kafir telah ditulis mengapa dia disiksa?
  12. Tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Sesungguhnya manusia beramal dengan amalan Jannah”.
  13. Cara mengkompromikan Firman Allah dalam Surat al-An’am 125.
  14. Tentang Firman Allah Surat ash-Shaffaat 95-96.
  15. Cara menanggapi orang yang berbuat maksiat.
  16. Hikmah adanya kemaksiatan dan kekufuran.
  17. Tentang perdebatan Adam dan Musa.
  18. Apakah dalam qadar Allah ada keburukan?
  19. Bagaimana Allah menetapkan yang tidak disukai-Nya?
  20. Orang yang marah bila ditimpa musibah.
  21. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang dilapangkan rezeki dan panjang umur.
  22. Hujjah orang yang melakukan maksiat.
  23. Qadha’ dan Qadar dapat membantu keimanan seseorang.
  24. Apakah penyakit ‘ain dapat menimpa manusia?
  25. Perselisihan manusia tentang penyakit ‘ain.
  26. Hukum orang yang tidak mengambil makanan yang jatuh karena takut penyakit ‘ain.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ad-Dailami mendatangi Ubay bin Ka’ab dan berkata, “di hatiku ada ganjalan perihal takdir.” Dengan nada tinggi, sahabat agung ini menjawab:

لو أنفقتَ مثل أُحُد ذَهَبًا ما قَبِلَه الله منك حتى تؤمن بالقدَر

Demi Allah, seandainya engkau infakkan segunung uhud emas, maka sekali-kali Allah tidak akan menerimanya darimu hingga engkau beriman kepada takdir.

Kesalahan dalam memahami takdir dapat berakibat fatal, bukan saja dalam perkara yang furu’ namun dalam perkara akidah yang ushul (prinsip). Bisa jadi seseorang tergelincir ke jurang pemahaman qadariyah yang mengatakan bahwa segala sesuatu terjadi semata-mata usaha manusia ataupun alamiah, tidak ada hubungannya dengan takdir.

Atau kelompok ekstrim lain bemama jabriyah yang mengatakan bahwa manusia dipaksa untuk mengerjakan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah, sehingga tidak ada pilihan ataupun usaha dari hamba.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/111283-tanya-jawab-tentang-qadha-dan-qadar.html